Sedang mencari lirik lagu Puing I dari Iwan Fals? Anda sudah berada di tempat yang tepat! Di artikel UpBeat.ID ini, Anda bisa menemukan lirik lengkapnya sekaligus menikmati ulasan menarik tentang lagu ini. Jangan lupa untuk membaca sampai akhir, ya, agar tidak ketinggalan informasi penting lainnya!
1. Lirik Lagu
Puing berserakan disegenap penjuru
Bekas pertempuran
Bau amis darah sisa asap mesiu
Sesak napasku
Mayat mayat bergeletakan
Tak terkubur dengan layak
Dan burung burung bangkai
Menatap liar
Dan burung burung bangkai
Berdansa senang
Diujung sana banyak orang kelaparan
Diujung lainnya wabah busung menyerang
Disudut sana banyak orang kehilangan
Disudut lainnya bayi bertanya bimbang
Mama kapan ayah pulang?
Mama sebab apa perang?
Mayat mayat bergeletakan
Tak terkubur dengan layak
Dan burung burung bangkai
Menatap liar
Dan burung burung bangkai
Berdansa senang
Banyak jatuh korban
Dari mereka
Yang tak mengerti apa apa
Suara tangis terdengar dari bekas reruntuhan
Seorang ibu muda yang baru melahirkan
Lama meratapi sesosok tubuh mayat suaminya
Dan burung burung bangkai
Menatap liar
Dan burung burung bangkai
Berdansa senang
Tinggi peradaban teknologi berkembang
Senjata hebat terciptakan
Sarana pembantaian semakin bisa diwujudkan
Oh mengerikan
Berhentilah jangan salah gunakan
Kehebatan ilmu pengetahuan
Untuk menghancurkan
Dan burung burung bangkai
Menatap liar
Dan burung burung bangkai
Berdansa senang
2. Makna dari lagu Puing I
Dalam lirik lagu “Puing I” oleh Iwan Fals, terdapat gambaran yang sangat mencolok mengenai dampak perang terhadap kehidupan manusia dan lingkungan. Diawali dengan deskripsi puing-puing yang berserakan di setiap penjuru, lirik ini menciptakan citra visual yang mengerikan dari sebuah tempat yang pernah menjadi hidup, namun kini berubah menjadi saksi bisu dari tragedi. Lirik ini seolah mengajak kita untuk merenungkan betapa dahsyatnya konsekuensi dari pertempuran, yang tidak hanya mengakibatkan kerusakan fisik tetapi juga menimbulkan luka mendalam dalam jiwa masyarakat. Saat kita membaca lirik ini, rasanya kita bisa merasakan sesaknya napas yang dirasakan oleh orang-orang yang terjebak dalam kekacauan. Ini adalah momen ketika kengerian perang benar-benar terasa, dan kita sebagai pendengar diajak untuk merasakan kepedihan yang dialami oleh korban perang.
Selanjutnya, lirik ini menggambarkan situasi kemanusiaan yang mengerikan di mana mayat-mayat tergeletak tanpa penghormatan yang layak. Keberadaan burung-burung bangkai yang “menatap liar” dan “berdansa senang” menciptakan kontras yang tajam, di mana kematian dan penderitaan manusia justru menjadi santapan bagi makhluk lain. Hal ini memperlihatkan bagaimana perang menjadikan manusia tidak lebih dari pada angka statistik dalam sebuah laporan, kehilangan kemanusiaannya dan diabaikan begitu saja. Untuk mereka yang selamat, seperti yang digambarkan dalam lirik, ada pertanyaan-pertanyaan mendasar yang muncul di benak anak-anak, seperti pertanyaan seorang bayi yang bertanya kepada ibunya tentang keberadaan ayahnya. Pertanyaan ini sangat menyentuh hati dan memberikan gambaran tentang kehilangan yang dialami oleh keluarga-keluarga yang hancur akibat perang.
Di tengah puing-puing yang berserakan, ada suara tangis yang terdengar, mencerminkan kesedihan yang mendalam. Seorang ibu muda yang baru melahirkan menjadi simbol dari harapan sekaligus kesedihan, meratapi kematian suaminya di tengah kekacauan. Lirik ini menunjukkan bagaimana perang tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menghancurkan keluarga dan harapan masa depan. Saat mendengarkan lirik ini, kamu bisa merasakan betapa beratnya beban yang ditanggung oleh seorang ibu yang harus menghadapi kenyataan pahit dari hilangnya orang yang dicintainya. Ini adalah refleksi keberanian dan kesedihan yang tak terhingga dalam menghadapi tragedi yang disebabkan oleh perang.
Lebih jauh lagi, lirik ini juga mengkritik perkembangan teknologi yang seharusnya membawa manfaat bagi umat manusia, tetapi malah disalahgunakan untuk menciptakan senjata mematikan. Ada pesan yang kuat untuk menghentikan penggunaan pengetahuan dan teknologi untuk tujuan destruktif. Ketika Iwan Fals berujar tentang “tinggi peradaban teknologi berkembang,” dia menyoroti ironisnya situasi di mana kemajuan itu berujung pada kehancuran. Pesan ini mengajak kita untuk merenungkan tentang tanggung jawab moral yang kita miliki sebagai manusia dalam menggunakan pengetahuan dan teknologi. Seharusnya, ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk membangun, bukan menghancurkan.
Akhirnya, lirik “Puing I” menyiratkan harapan untuk masa depan yang lebih baik, di mana manusia tidak lagi terjebak dalam siklus kekerasan dan perang. Dengan segala kengerian yang disajikan dalam lirik, ada keinginan agar kita sebagai masyarakat dapat belajar dari kesalahan masa lalu dan berusaha untuk menciptakan kedamaian. Melalui refleksi atas peristiwa yang mengguncang, kita diingatkan akan pentingnya menghargai kehidupan dan memperjuangkan keadilan. Iwan Fals, lewat lirik ini, tidak hanya menyampaikan kegetiran dari peristiwa perang tetapi juga mengajak kita untuk berkontribusi dalam menciptakan perubahan positif. Dengan harapan, kita dapat mencegah terulangnya tragedi serupa di masa depan, dan memastikan bahwa suara-suara mereka yang hilang tidak akan dilupakan.
3. Profile Singkat Iwan Fals
None
Setelah membaca lirik dan makna dari lagu Puing I yang dinyanyikan oleh Iwan Fals, semoga kamu bisa lebih menikmati Puing I setiap kali mendengarkannya.
Follow UpBeat.ID untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
Instagram & X
Tinggalkan Balasan